Buku yang ditulis pada abad ke-12 Masehi ini mengungkap 24 rahasia penting terkait dengan kehidupan lahir dan batin. Tulisan ini hanya menyebut beberapa rahasia tadi sebagai pengantar. Rahasia pertama adalah tentang penciptaan. Masalah yang diungkap di sini adalah makhluk atau ciptaan apakah yang pertama kali ada? Apakah alam pertama yang menjadi tempat penciptaan ruh manusia? Dan kenapa harus ada nabi dan rasul? Apa fungsi mereka?
Sirrul Asrar mengungkap, bahwa ciptaan yang pertama kali ada adalah ruh Muhammad. Dasarnya adalah firman Allah dalam hadis qudsi riwayat Abu Hurairah, “khalaqtu muhammadan awwalan min nuri wajhi.” Artinya, “Aku menciptakan Muhammad dari cahaya wajahku.” Sebutan lain ruh Muhammad adalah ruh, cahaya (nur), ‘pena’ (qalam), dan ‘akal’ (aql). Dalam khazanah tasawuf disebut hakikat Muhammad (al-haqiqah al-muhammadiyah).
Dari Nur Muhammad inilah kemudian Arasy dan semua ruh makhluk hidup muncul. Detail mengenai kemunculan ciptaan setelah ruh Muhammad terjelaskan dalam permulaan Daqaiqul Akhbar. Kitab itu menjelaskan Allah menciptakan nur Muhammad yang bertasbih hingga 70 ribu tahun.
Setelah itu Allah menciptakan cermin kehidupan (miratul hayat) dan meletakkannya di depan Nur Muhammad. Cahaya Muhammad mematut, menyadari keelokan dirinya, tapi malu di hadapan Allah, hingga mengeluarkan enam tetes keringat. Kemudian Allah menciptakan enam makhluk, yaitu Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, bunga Mawar, dan padi.
Kemunculan makhluk tersebut membuat nur Muhammad takjub dan bersujud lima kali. Allah kemudian memandang nur Muhammad. Tersipu malu, Nur Muhammad mengucurkan keringat lagi. Kemudian Allah menciptakan berbagai makhluk: para malaikat, Kursi Arasy, para nabi, rasul, ulama, syuhada, dan orang saleh. Lainnya adalah Baitul Makmur di langit, Ka’bah di bumi, Baitul Maqdis (al-Aqsha), dan bakal area masjid di seluruh penjuru dunia.
Ciptaan lainnya yang kemudian muncul adalah seluruh umat Muhammad, kaum Yahudi, Nasrani, Majusi, dan segolongan dengan mereka (ateis, kafir, dan munafik). Lainnya adalah bumi yang terbentang dari timur sampai barat beserta isinya.
Dalam tradisi falsafah, proses penciptaan ini disebut dengan emanasi (al-faydh). Di dalamnya terdapat penjelasan mengenai akal yang berproses hingga menghadirkan segala makhluk. Penjelasan mengenai hal ini dapat ditemukan dalam berbagai karya filsuf seperti Abu Yaqub al-Kindi, Abu Nasr al-Farabi, Ibnu Sina, dan lainnya.
Berbeda dengan Daqaiqul Akhbar, Sirrul Asrar tidak menyebut nama individu dalam proses penciptaan. Sirrul Asrar menerangkan, dari Nur Muhammad kemudian Allah menciptakan segala ruh makhluk di Alam Lahut. Inilah alam tempat asal semua ruh.
Allah membaiat semua ruh tadi dalam perjanjian abadi atau baiat azali, sebagaimana terekam dalam Surah al-Araf ayat 172. Allah bertanya, bukankah Aku Tuhan kalian semua (alastu birabbikum). Mereka menjawab, betul, kami menyaksikannya (bala syahidna).
Perjanjian azali ini disebut para sufi dalam berbagai literatur. Salah satunya adalah Syed Naquib al-Attas dalam Islam and Secularism dan Prolegomena to The Metaphysics of Islam. Menurut dia, perjanjian azali ini merupakan inti agama (din/dayn), yaitu utang. Orang yang hidup berutang kepada Allah (dayyan), dan harus membayarnya dengan bertakwa. Al-Attas adalah cendekiawan pertama yang memasukkan perjanjian azali tersebut ke dalam makna agama, yang kemudian dikutip banyak pengkaji agama di dunia.
Kembali ke soal perjanjian azali. Setelah penyaksian tadi berlangsung, Allah meniupkan ruh tadi ke dalam jasad. Manusia terlahir ke muka bumi dan tumbuh mengaktualisasikan diri. Dalam perjalanan hidup ini, mereka ternyata melupakan janji yang pernah terucap di alam lahut itu. Mereka mengingkari Allah dengan maksiat. Bahkan ada yang menyekutukan Allah.
Tak tinggal diam, Allah mengutus orang-orang pilihan, yaitu para nabi dan rasul yang membawa kitab suci. Sirrul Asrar menerangkan fungsi mereka untuk mengingatkan perjanjian azali tadi: agar manusia bertakwa. Tugas mulia ini direalisasikan terakhir kali oleh Rasulullah Muhammad SAW. Dialah utusan teragung yang membawa risalah tauhid terakhir dan menyerukan manusia untuk kembali bertakwa menyembah Allah.
Namun, hanya sedikit dari mereka yang mau mengingat dan merindukan negeri asali mereka, karena banyak dari mereka lebih memilih kehidupan dunia yang fana dan bergelimang dosa.
Apa maksud menyembah Allah? Sirrul Asrar menjawab, artinya adalah ma’rifatullah. Mengenal Allah. Bagaimana dapat menyembah Allah jika tidak mengenalnya. Ma’rifat hanya dicapai dengan mengekang nafsu dalam diri dengan riyadhah atau tirakat. Ma’rifatullah adalah mengenal Allah dengan nama dan berbagai sifat-Nya. Kemudian membenarkan Allah dalam setiap muamalah yang dia lakukan, menyucikan diri dari segala akhlak tercela, banyak merenung, beritikaf, dan bermunajat kepada Allah secara sembunyi disertai kebersamaan-Nya. Mereka yang mencapai tingkatan ini disebut ‘arif.
Rahasia kedua masih mengenai alam tempat kembalinya manusia, yaitu lahut. Yang dapat kembali kesana adalah mereka yang dekat dengan Allah, yaitu orang-orang ahli ma’rifat atau ‘arif. Sirrul Asrar menukilkan syair tentang ciri ‘arif.
Hati orang-orang ‘arif memiliki mata
Yang mampu melihat apa yang tidak bisa dilihat orang biasa
Juga memiliki ‘sayap’ yang bisa terbang
Mengepak hingga (alam) malakut Tuhan Pencipta Alam
Ahli ma’rifat juga disebut waliyullah atau kekasih Allah. Tidak ada yang dapat mengetahui siapa wali, kecuali Allah sendiri.
Rahasia lain yang diungkap dalam Sirrul Asrar adalah jalan tobat. Untuk menuju kesana, seseorang harus melepaskan diri dari tiga akhlak. Pertama adalah akhlak hewani: banyak makan, minum, tidur, dan senda gurau. Kedua adalah akhlak binatang: marah, mengumpat, memukul, dan semena-mena. Ketiga adalah akhlak setan: sombong, ujub, iri, dengki, dan berbagai akhlak tercela lainnya yang merusak jasmani dan rohani.
“Jika sudah berhasil menyucikan diri dari semua itu, maka engkau telah berhasil menyucikan diri dari akar segala dosa. Dengan begitu engkau akan masuk golongan orang yang menyucikan diri dan tobat.”
Sirrul Asrar menjelaskan dua macam tobat. Pertama adalah tobat kaum awam atau taubat lahiriah. Ini ibarat orang memotong cabang rumput. Sehingga tetumbuhan itu tumbuh lagi dan menjadi pengganggu. Yang kedua adalah tobat kaum khusus. Ini adalah tobat yang sungguh-sungguh. Mereka diibaratkan orang yang mencabut rerumputan hingga akarnya sehingga tidak tumbuh lagi. Mereka adalah orang yang benar-benar bertobat sehingga tidak mengulangi dosa lagi.
Ada dua macam tobat. Tobat pertama adalah tobat umum. Ini sebatas meninggalkan kemaksiatan menuju ketaatan. Dari yang tercela menuju yang terpuji. Dari neraka menuju surga. Kedua adalah tobat khusus. Ini adalah meninggalkan kebaikan menuju ma’rifatullah. Kemudian menuju ketinggian derajat sampai berdekatan dengan Allah. Di sinilah seseorang akan merasakan kelezatan rohani, yaitu meninggalkan semua selain Allah, bersama dengan-Nya, dan memandang-Nya dengan aynul yaqin [source]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar