Kisah dari Nashih Nashrullah
Ulama asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi (1878-1960 M) menjelaskan perbedaan astronomi kuno dan modern terkait zodiak.
Menurut Nursi, dalam pandangan para ahli astronomi kuno, matahari berputar dan bumi diam. Mereka menyebut setiap tiga puluh derajat matahari dengan zodiak.
“Jika dibuat garis-garis khayalan di antara bintang-bintang yang terdapat di zodiak tersebut, akan terbentuk gambar yang kadangkala serupa dengan singa, timbangan, sapi, atau ikan. Karena itu, mereka menjelaskan zodiak-zodiak tadi dengan nama-nama tersebut,” jelas Nursi dalam bukunya Al-Lama'at terbitan Risalah Nur Press, hlm 178.
Sementara, lanjut Nursi, ilmu astronomi modern berpendapat bahwa matahari tidak berputar di sekeliling bumi, tetapi sebaliknya bumilah yang berputar mengelilingi matahari.
Artinya, pekerjaan zodiak tadi tidak ada sehingga dengan demikian zodiak-zodiak yang tak bekerja itu memiliki daerah-daerah dengan ukuran yang lebih kecil dalam putaran tahunan bumi.
Dengan kata lain, kata Nursi, zodiak atau rasi-rasi langit menjadi terlihat dalam putaran tahunan bumi. Maka dari itu, pada setiap bulan, bumi masuk ke dalam naungan salah satu zodiak tersebut dan berada dalam bayangannya. Jadi seolah-olah putaran tahunan bumi merupakan cermin yang menampilkan gambar zodiak-zodiak langit.
“Atas dasar itulah seperti yang telah kami jelaskan, Rasul SAW pada satu waktu menjawab di atas sapi jantan, tapi pada waktu yang lain menjawab di atas ikan. Wajarlah jika lisan Nabi SAW yang mengagumkan itu suatu kali menjawab di atas sapi jantan,” kata Nursi.
Menurut Nursi, hal itu menunjukkan adanya suatu hakikat mendalam yang baru bisa dipahami beberapa abad kemudian. Sebab, ketika itu, bumi sedang dalam bentuk seperti zodiak sapi.
Sementara ketika sebulan sesudahnya ditanya dengan pertanyaan yang sama, Nabi Muhammad SAW menjawab di atas ikan. Sebab, bumi ketika itu berada dalam bayangan zodiak ikan.
Demikianlah, dengan sabdanya, “Di atas sapi jantan dan ikan,” beliau memberikan isyarat tentang sebuah hakikat agung yang akan tampak di masa mendatang.
“Dengan sabda tersebut, beliau mengisyaratkan adanya gerakan perputaran bumi dan bahwa zodiak-zodiak langit yang sebenarnya adalah yang terdapat pada putaran tahunan bumi. Bumilah yang bekerja dan melanglang buana di zodiak-zodiak itu. Wallahu a’lam,” jelas Nursi.
Adapun cerita-cerita seperti yang terdapat di beberapa buku-buku Islam seputar sapi jantan dan ikan, bisa jadi hal itu berasal dari Israiliyyat, hanya merupakan perumpamaan, atau merupakan hasil interpretasi dari beberapa periwayat. Namun kemudian orang-orang yang tidak teliti menganggapnya sebagai hadis itu sendiri, serta menyandarkannya kepada Nabi SAW. [REPUBLIKA.CO.ID]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar