Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas, dia berkata,
"Abdullah bin Salam mendengar informasi kedatangan Rasulullah ketika dia sedang berada di dalam kebunnya pada musim panen. Kemudian dia mendatangi Rasulullah dan berkata,
‘Saya akan bertanya kepadamu tiga hal yang hanya diketahui oleh seorang nabi. Pertama, apa tanda- tanda awal terjadinya hari kiamat? Kedua, apa makanan pertama para penghuni surga? Ketiga, bagaimana seorang anak mirip dengan ayah atau ibunya?’
Lalu Rasulullah menjawab,
‘Baru saja Jibril memberitahu saya.’ Abdullah bin Salam dengan nada terkejut bertanya, ‘Jibril?’ ‘Ya,’ jawab Rasulullah singkat.
Abdullah bin Salam berkata, ‘Dia adalah malaikat yang jadi musuh orang-orang Yahudi.’
Maka Rasulullah rnembacakan ayat,
'Katakanlah, 'Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur’an) ke dalam hatimu … ’ (HR Bukhari dalarn Kitaabut Tafsir, No. 4480.)
Syaikhul Islam Ibnu Hajjar al-Asqalani berkata di dalam kitab Fathul Baari, “Secara zhahir dari susunan riwayat tersebut, Nabi saw: membacakan ayat di atas untuk membantah keyakinan orang-orang Yahudi. Dan hal itu tidak mengharuskan ayat tersebut turun waktu itu.” Ibnu Hajjar kernudian menambahkan, “Dan inilah yang paling kuat.”
Terdapat kisah lain juga yang shaihih tentang sebab turunnya ayat di atas.
Imam Ahmad, at-Tirmidzi, dan an-Nasa’i meriwayatkan dari jalur Bukair bin Syihab dari Sa’id ibnuz-Zubair, dari Ibnu Abbas, dia berkata,
“Pada suatu hari orang-orang Yahudi mendatangi Rasulullah, lalu berkata, 'Wahai Abul Qasim, kami akan bertanya kepadamu lima hal. Jika engkau menjawab semuanya, maka kam.i tahu bahwa engkau adalah seorang nabi.”’
Lalu Ibnu Abbas menyebutkan isi hadits tersebut. Di antaranya, orang-orang Yahudi itu menanyakan tentang apa yang diharamkan oleh Bani Israel terhadap diri mereka sendiri, tentang tanda-tanda seorang nabi, tentang petir dan suaranya, tentang bagaimana seorang anak mempunyai kelamin laki-laki atau wanita dan tentang siapakah yang membawa berita dari Iangit, yaitu ketika mereka bertanya, “Beri tahu kami siapa dia?”
Rasulullah menjawab, “Jibril.”
Salah seorang dari mereka pun berkata, “Jibril yang datang dengan membawa peperangan, pembunuhan, dan siksaan adalah musuh kami. Kalau seandainya kau katakan Mikail, sang malaikat pembawa rahmat, tetumbuhan, dan hujan, tentu akan lebih baik.”
Maka turunlah ayat di atas. (HR Ahmad dalam al-Musnad (1/274), Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyaa’(8/242))
lshaq bin Rahuyah dalam musnadnya dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur asy-Sya’bi bahwa suatu kali Umar pernah mendatangi orang-orang Yahudi, Lalu dia mendengar isi Taurat. Maka dia pun takjub, karena isi yang dia dengar sama dengan apa yang ada di dalam Al-Qur’an. Lalu Nabi saw. lewat di depan mereka. Maka Umar ber- tanya kepada orang-orang Yahudi,
“Demi Allah, apakah kalian tahu bahwa dia adalah seorang utusan Allah?”
Seorang pendeta mereka menjawab,
“Ya kami tahu bahwa dia adalah utusan Allah.”
Maka Umar pun menyahut,
“Lalu mengapa kalian tidak mengikuti ajarannya?”
Mereka menjawab,
“Karena ketika kami bertanya kepadanya tentang siapa yang membawa berita kenabian kepadanya, dia menjawab yang membawanya adalah Jibril. Sedangkan Jibril adalah musuh kami karena Jibril turun ke burni dengan membawa kekerasan, kesusahan, peperangan, dan kehancuran.”
Umar pun kembali bertanya,
“Lalu siapakah malaikat yang menjadi utusan Allah untuk kalian?”
Mereka menjawab,
“Dia adalah Mikail, malaikat yang turun dengan membawa air hujan dan rahmat.”
Umar kembali bertanya,
“Bagaimana posisi keduanya di sisi Allah?”
Mereka menjawab,
“Satunya di sebelah kanan dan satunya lagi di sebelah kiri-Nya.”
Maka Umar berkata,
“Sesungguhnya Jibril tidak mungkin memusuhi Mikail. Mikail juga tidak mungkin berdamai dengan musuh Jibril. Saya bersaksi bahwa keduanya dan Tuhan keduanya berdamai dengan siapa saja yang berdamai dengan mereka. Dan Dia juga berperang dengan yang mereka perangi.”
Kemudian Umar mendatangi Nabi saw. untuk memberi tahu beliau tentang hal itu. Ketika Umar baru bertemu dengan beliau dan belum menyampaikan hal ini, beliau bersabda,
“Maukah engkau saya beri tahu tentang ayat yang baru saja diturunkan kepadaku?”
Umar menjawab,
“Ya, wahai Rasulullah.”
Lalu Rasulullah membacakan firman Allah,
“Katakanlah (Muhammad), ‘Barangsiapa menjadi musuh Jibril, maka (ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan izin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman.’ Barangsiapa menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril, dan Mikail, maka sesunggulmya Allah musuh bagi orang-orang kafir.” (al-Baqarah: 97-98)
Maka Umar berkata,
“Wahai Rasulullah, demi Allah saya datang dari tempat orang-orang Yahudi hanya untuk mendatangimu dan memberi tahumu tentang apa yang mereka katakan kepada saya dan apa yang saya katakan kepada mereka. Namun ternyata Allah telah mendahului saya unhtk memberi tahumu.”
Isnad hadits ini adalah shahih, akan tetapi asy-Sya’bi tidak pemah bertemu Umar. (HR lbnu Abi Syaibah dalam al-Mushanna/(41/285).)
Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari jalur lain dari asy-Sya’bi. Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari jalur as-Suddi dari Umar. Dia juga dari jalur Qatadah dari Umar. Dan kedua jalur tersebut juga terputus. lbnu Abi Hatitn meriwayatkan dari jalur lain dari Abdurrahman bin Abi Laila bahwa seorang Yahudi bertemu dengan Umar ibnul- Khaththab. Lalu orang Yahudi ini berkata,
“Sesungguhnya Jibril yang menyampaikan berita langit untuk temanmu iht adalah musuh kami.”
Umar pun menjawab,
“Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.”
Maka, turunlah ayat di atas melalui lisan Umar.
Jalur-jalur ini saling menguatkan.
Ibnu Jarir menyatakan bahwa sebab turunnya ayat tersebut adalah cerita di atas merupakan ijma’ para ulama.<sip>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar