Pilih Bahasa :

Minggu, 16 Mei 2021

Asbabun Nuzul Surat Al Baqoroh Ayat 130

 


Ibnu Uyainah berkata, "Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Salam mengajak kedua keponakannya, Salamah dan Muhajir, untuk masuk Islam. Dia berkata kepada keduanya, 'Telah kalian berdua ketahui bahwa Allah berfirman di dalam Taurat,

‘Sesungguhnya Aku akan mengutus seorang nabi yang bernama Ahmad dari keturunan lsma’il. Barangsiapa beriman kepadanya, maka dia mendapatkan petunjuk dan berada dalam kebenaran. Dan barangsiapa tidak beriman kepadanya, maka dia akan terlaknat.’"

Maka Salamah pun masuk Islam, namun Muhajir -, saudara- nya, tidak mengikuti jejaknya. Lalu turunlah firman Allah di atas. (sip)

Asbabun Nuzul Surat Al Baqoroh Ayat 125

 


Al-Bukhari dan yang lainnya meriwayatkan dari Umar, dia berkata,

"Secara tidak sengaja, tiga hal yang saya katakan sesuai dengan firman Allah.

Pertama, ketika saya berkata kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, coba kita jadikan tempat berdiri Nabi Ibrahim sebagai tempat shalat.’ Maka turunlah firman Allah,

'Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat shalat." (al-Baqarah: 125)

Kedua, ketika saya berkata kepada Rasulullah,

‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya yang mendatangi para istrirnu ada orang yang baik dan ada juga yang jahat. Coba seandainya engkau perintahkan mereka untuk memakai hijab.’ Maka turunlah ayat hijab.

Ketiga, pada suatu ketika para istri Rasulullah melampiaskan rasa cemburu mereka kepada beliau. Maka saya katakan kepada mereka, ‘Bisa-bisa Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kalian.’ Maka, turunlah firman Allah dalam hal ini. " (HR Bukhari dalam Kilaabush Shalat, No. 4.02, Muslim dalam Kitabu Fadhaa’ilish Shahaabah, No. 2399.)

Riwayat di atas mempunyai jalan periwayatan yang banyak, di antaranya sebagai berikut.

Pertama, diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatirn dan Ibnu Mardawaih dari Jabir, dia berkata,

"Ketika Nabi saw. melakukan tawaf, Umar berkata kepada beliau, ‘Apakah ini tempat berdiri ayah kami, Ibrahim?’

Beliau menjawab, ‘Ya.’

Umar kembali bertanya, ‘Mengapa tidak kita jadikan tempat shalat?’

Maka Allah menurunkan firman- Nya,

‘Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat shalat. "’ (al-Baqarah: 125)

Kedua, Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari jalur Amr bin Maimun dari Umar ibnul-Khaththab bahwa dia berdiri di tempat berdirinya Nabi Ibrahim, lalu dia bertanya kepada Rasulullah,

“Wahai Rasulullah, bukankah kita sedang berdiri di tempat berdirinya Kekasih Tuhan kita?”

Rasulullah menjawab, “Benar.”

Maka Umar bertanya lagi, “Mengapa tidak kita jadikan tempat untuk shalat?”

Lalu tidak lama dari itu turunlah firman Allah,

“Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat shalat.” (al-Baqarah: 125)

Secara zhahir dari riwayat ini dan yang sebelumnya bahwa ayat tersebut turun pada haji wada’. (sip)

Asbabun Nuzul Surat Al Baqoroh Ayat 120

 


Ats-Tsa’labi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata,

"Dulu orang-orang Yahudi Madinah dan orang-orang Nasrani Najran berharap agar Rasulullah shalat menghadap ke arah kiblat mereka. Ketika Allah mengubah kiblat ke arah Ka’bah, mereka pun tidak suka dan putus asa untuk membuat beliau mengikuti agama mereka. Maka turunlah firman Allah ta’ala,

‘Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu… ."’ (sip)

Asbabun Nuzul Surat Al Baqoroh Ayat 119

 


Abdurrazzaq berkata, "Ats-Tsauri memberi tahu kami dari Musa bin Ubaidah dari Muhammad bin Ka’ab al-Qarzhi bahwa Rasulullah bersabda,

‘Duhai apakah yang terjadi dengan kedua orang tuaku?’

Maka turunlah firman Allah,

'Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka."(al- Baqarah: 119)

Allah tidak pemah menyebutkan tentang kedua orang tuanya hingga beliau meninggal dunia." Hadits ini adalah mursal.

Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari jalur Ibnu Juraij, dia berkata, “Dawud bin Abi Ashim memberi tahu saya bahwa pada suatu hari Nabi saw. berkata, ‘Di manakah kedua orang tua saya?’ Maka turunlah ayat 119 surah al-Baqarah.” Riwayat ini juga mursal. (sip)

Asbabun Nuzul Surat Al Baqoroh Ayat 118

 


IbnuJarir dan lbnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Sa’id atau Ikrimah dari Ibnu Abbas, dia berkata,

"Rafi’ bin Huraimalah berkata kepada Rasulullah,

‘Jika benar engkau adalah seorang utusan dari Allah sebagaimana yang engkau katakan, maka sampaikan kepada Allah agar Dia berbicara kepada kami hingga kami mendengar kata- kata-Nya.’

Maka turunlah firman Allah,

‘Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata … …’" (sip)

Asbabun Nuzul Surat Al Baqoroh Ayat 115

 


Muslim, at-Tirmidzi, dan an-Nasa’i meriwayatkan dari Ibnu Umar, dia berkata,

“Dulu Nabi saw. shalat sunnah di atas unta beliau ke mana pun arah unta itu. Pada suatu ketika beliau datang dari Mekah ke Madinah.”

Lalu lbnu Umar membaca firman Allah,

"Dan milik Allah timur dan barat… … "

Dan, dia mengatakan bahwa ayat ini turun pada masalah tersebut.
Al-Hakim meriwayatkan juga dari Ibnu Umar, dia berkata,

“Ayat, ’ … Kemanapun kamu menghadap di sanalah wajah Allah … .,”

maksudnya engkau boleh shalat sunnah ke mana pun arah unta yang engkau tunggangi." Dan dia berkata,

“Hadits ini shahih sesuai dengan syarat Muslirn.” (HR Muslim dalam Kilab Shaalatul Musaafiriin (700), at-Tirmidzi di dalam Kitabut -Tafsiir (1/221) dan an-Nasa’i dalam Kitabush Shalat (490).

Ini adalah riwayat yang sanadnya paling shahih tentang sebab turunnya ayat di atas. Sejumlah ulama pun telah menguatkannya. Akan tetapi, tidak ada penjelasan yang sahih bahwa itu adalah sebab turunnya ayat di atas. Namun, dia berkata,

“Ayat di atas turun pada masalah ini.”

Dan telah disebutkan sebelumnya tentang lafazh ini, juga telah disebutkan dengan jelas tentang sebab turunnya ayat ini. Oleh karena itu, Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah ketika hijrah ke Madinah, Allah memerintahkan beliau un.tuk menjadikan Baitul Maqdis sebagai kiblat. Melihat hal itu, orang-orang Yahudi pun merasa senang. Dan Rasulullah menjadikan Baitul Maqdis sebagai kiblat dalam beberapa belas bulan, padahal beliau senang dengan kiblat Nabi Ibrahim a.s… Oleh karena itulah, beliau sering berdoa dengan melihat ke arah langit, lalu turunlah firman-Nya,

“…Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram…”(al-Baqarah: 144)

Maka orang-orang Yahudi pun meragukan perubahan kiblat itu. Mereka berkata,

“Apa yang membuat mereka berpaling dari kiblat mereka yang dulu?”

Allah menurunkan firman-Nya,

“Dan milik Allah timur dan barat. Ke mana pun kamu menghadap di sanalah wajah Allah …” (al-Baqarah: 115)

Dan Allah berfirman,

“… Ke mana pun kamu menghadap di sanalah wajah Allah …”

Isnad hadits ini adalah kuat. Maknanya juga menopangnya, maka ia pWl dijadikan sandaran. Terdapat sejumlah riwayat lain yang lemah tentang sebab turun ayat di atas.

Pertama, at-Trrmidzi, lbnu Majah, dan ad-Daruquthni meriwayatkan dari jalur Asy’ats as-Saman, dari Ashiin bin Abdillah bin Amir bin Rabi’ah da,ri ayahnya, dia berkata,

"Pada suatu malam, kami bersama Nabi saw. dalam sebuah perjalanan yang gelap dan kami tidak tahu arah kiblat. Maka masing-masing dari kami shalat dengan menghadap ke arah depannya. Ketika pagi tiba kami menceritakan hal itu kepada Rasulullah, maka turunlah firm.an Allah,

'… Ke mana pun kamu menghadap di sanalah wajah Allah …"'1 4

At-Tirmidzi berkata, “Riwayat ini gharib. Dan, Asy’ats dilemahkan dalam hadits.”

Kedua, ad-Daruquthni dan Ibnu Mardawaih juga meriwayatkan dari jalur al-Arzam’i dari Atha’ dari Jabir, dia berkata,

"Pada suatu ketika Rasulullah mengutus satu pasukan dan saya termasuk di dalamnya. Lalu kami terjebak dalam kegelapan sehingga kami tidak tahu arah kiblat. Maka beberapa orang dari kami berkata, ‘Kita sudah tahu arah k:iblat, yaitu ke arah utara dari sini.’ Lalu mereka pun melakukan shalat dan membuat garis ke arah yang mereka yakini sebagai kiblat. Namun sebagian yang lain berkata,"Arah kiblat dari sini adalah ke arah selatan.’ Maka mereka pun melakukan shalat dan membuat garis-garis ke arah yang mereka yakini sebagai arah kiblat. Ketika pagi tiba dan matahari menyinari bumi, tampak bahwa garis-garis yang kami buat tidak mengarah ke arah kiblat.

Maka ketika kami kembali dari petjalanan kami, kami bertanya kepada Nabi saw., namun beliau tidak langsung menjawab. Lalu Allah menurunkan firman-Nya, ‘Dan milik Allah timur dan barat … "’

Ketiga, Ibnu Mardawaih juga meriwayatkan dari jalur al-Kalbi dari Abu Shaleh dari Ibnu Abbas bahwa pada suatu ketika Rasulullah mengutus satu pasukan. Ketika dalam perjalanan, kabut membuat sekeliling mereka menjadi gelap sehingga mereka tidak mengetahui arah kiblat. Lalu mereka melakukan shalat. Setelah matahari terbit, mereka baru tahu bahwa shalat mereka tidak menghadap ke arah kiblat. Setelah kembali, mereka menghadap Rasulullah dan memberitahukan hal itu kepada beli au. Maka Allah menurunkan ayat,

"Dan milik Allah timur dan barat … "

Keempat, Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari Qatadah bahwa Nabi saw. bersabda,

“Sesungguhnya seorang saudara kalian yang beliau maksud adalah Najasyi- 'telah meninggal dunia, maka shalatilah dia.” Maka mereka berkata, “Kami menshalati orang yang bukan muslim?”

Maka turunlah firman Allah ta’ala,

“Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada yang beriman kepada Allah, …” (Ali Imran: 199)

Lalu mereka berkata lagi,

“Sesungguhnya ketika masih hidup, dia tidak shalat menghadap ke arah kiblat.”

Maka turunlah firman Allah,

"Dan milik Allah timur dan barat … "

Riwayat terakhir ini sangat gharib dan mursal atau mu’dhal.

Kelima, Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, "Ketika turun firman Allah,

'… Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu…" (al- Mu’min: 60)

Mereka berkata, ‘Ke arah mana?’ Maka turunlah firman Allah,

'… Ke mana pun kamu menghadap di sanalah wajah Allah … '" (sip)

Asbabun Nuzul Surat Al Baqoroh Ayat 114

 


lbnu Abi Hatim rneriwayatkan dari jalur Sa’id atau lkrimah dari lbnu Abbas bahwa orang-orang Quraisy melarang Rasulullah shalat di Ka’bah. Maka Allah menunmkan firman-Nya,

"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang melarang di dalam masjid-masjid Allah untuk menyebut nama-Nya, … "

lbnu Jarir juga meriwayatkan dari Ibnu Zaid, dia berkata,

“Ayat di atas turun pada orang-orang musyrik ketika mereka melarang Rasulullah datang ke Mekah pada masa Hudaibiyyah.” (sip)

Asbabun Nuzul Surat Al Baqoroh Ayat 113


 lbnu Abi Hamn rneriwayatkan dari jalur Sa’id atau Ikrirnah dari lbnu Abbas, dia berkata,

"Ketika orang-orang Nasrani dari Najran mendatangi Rasulullah, para pendeta Yahudi mendatangi mereka dan mereka pun berdebat. Rabi’ bin Huraimalah berkata,

‘Kalian tidak mempunyai landasan apa-apa.’ Dan dia mengingkari kenabian Isa dan kebenaran lnjil.

Lalu salah seorang dari orang-orang Nasrani Najran itu berkata,

‘Kalian tidak mempunyai landasan apa-apa.’ Lalu dia pun mengingkari kenabian Musa dan kebenaran Taurat.

Maka Allah menurunkan firman-Nya,
'Dan orang Yahudi berkata, ‘Orang Nasrani itu tidak memiliki sesuatu (pegangan).’ dan orang-orang Nasrani (juga) berkata, ‘Orang-orang Yahudi tidak memiliki sesuatu (pegangan),’… :"




Asbabun Nuzul Surat Al Baqoroh Ayat 108


 Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Sa’id atau Ikrimah dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Rafi’ bin Huraimalah dan Wahab bin Zaid berkata kepada Rasulullah,

‘Wahai Muhammad, datangkanlah kitab yang kau turunkan kepada kami dari langit dan bisa kami baca. Atau pancarkanlah sungai-sungai untuk kami, maka kami akan mengikuti dan membenarkanmu.’

Maka Allah menurunkan firman-Nya tentang hal itu,

‘Ataukah kamu hendak meminta kepada Rasulmu (Muhammad) seperti halnya Musa (pernah) diminta (Bani lsrail) dahulu? Barangsiapa mengganti iman dengan kekafiran, maka sungguh, dia telah tersesat dari jalan yang lurus."’ (al-Baqarah: 108)

Huyay bin Akhthab dan Abu Yasir bin Akhthab adalah dua orang Yahudi yang sangat iri kepada orang-orang Arab karena Allah mengutus Rasul-Nya pada kalangan mereka. Keduanya berusaha sekuat tenaga untuk membuat orang-orang rneninggalkan Islam. Maka, Allah rnenurunkan firman-Nya pada keduanya,

“Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan …” (al-Baqarah: 109)

IbnuJarir meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata,

"Orang-orang Quraisy meminta Nabi Muhammad saw. untuk mengubah bukit Shafa menj adi emas.

Maka Nabi Muhammad saw. menjawab,

‘Saya akan melakukannya, dan ia akan menjadi seperti makanan yang diturunkan dari langit kepada Bani Israel jika kalian menjadi kafir.’

Orang-orang Quraisy pun tidak menyanggupi syarat tersebut dan mereka menarik kernbali permintaan itu. Maka turulah firman Allah,

‘Ataukah kamu hendak meminta kepada Rasulmu (Muhammad) … …"’(al- Baqarah: 108)

lbnu Jarir meriwayatkan dari as-Suddi, dia berkata,

“Orang-orang Arab rneminta Nabi Muhammad saw. untuk mendatangkan Allah sehingga mereka dapat melihat-Nya dengan jelas. Maka turunlah firman Allah ayat 108 surah al-Baqarah.”

Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari Abu! Aliyyah, dia berkata, "Seorang lelaki berkata kepada Nabi saw., ‘Wahai Rasulullah, coba kafarat kita seperti kafarat Bani Israel.’ Nabi saw. menjawab, 'Apa yang diberikan Allah kepada kalian adalah lebih baik. Dulu orang- orang Bani Israel jika salah seorang dari mereka melakukan sebuah dosa, maka dia akan menemukan dosa itu tertulis di daun pintu rumahnya beserta kafaratnya. Apabila dia menebusnya, maka itu adalah kehinaan di dunia. Namun jika tidak menebusnya, maka itu akan menjadi kehinaan baginya di akhirat. Sungguh Allah telah memberi kalian hal yang lebih baik dari itu. Allah ta’ala berfirman,

'Dan barangsiapa berbuat kejahatan dan menganiaya dirinya, …" (an- Nisaa ': 110)

Dan shalat lima waktu serta hari Jumat ke Jumat lainnya adalah kafarat untuk dosa-dosa yang dilakukan di antara keduanya.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya,

‘Ataukah, kamu hendak meminta kepada Rasulmu (Muhammad)… …"’ (sip)


Asbabun Nuzul Surat Al Baqoroh Ayat 106


 Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Ikrimah dari Ibnu Abbas, dia berkata,

"Terkadang turun wahyu kepada Nabi saw. pada malam hari, namun ketika siang tiba beliau lupa, maka Allah menurun.kan firman-Nya,

‘Ayat mana saja yang Kami nasakhkan … .’" (al-Baqarah: 106)


Asbabun Nuzul Surat Al Baqoroh Ayat 104


 

Ibnul Mundzir meriwayatkan dari as-Suddi, dia berkata,

"Ada dua orang Yahudi yang bernama Malik ibnush-Shaif dan Rifa’ ah bin Zaid. Setiap kali bertemu Nabi saw., mereka berkata kepada beliau,

‘Raa’ina pendengaranmu dan dengarlah sedangkan kamu tidak mendengamya.’

Orang-orang muslim mengira itu adalah sesuatu yang mereka gunakan untuk mengagungkan nabi-nabi mereka sehingga mereka mengatakan hal itu kepada Nabi saw…

Maka Allah swt. menurunkan firman-Nya,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): “Raa’ina”, tetapi katakanlah: “Unzhurna”, dan “dengarlah”. Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih.” (al-Baqarah: 104)

Di dalam Dalaa’ilun Nubuwwah Abu Nu’aim meriwayatkan dari jalur as-Suddi ash-Shaghiir dari al-KaJbi dari Shaleh dari Ibnu Abbas, dia berkata, Raa’ina dalam bahasa Yahudi adalah sebuah celaan yang buruk. Ketika orang-orang Yahudi itu mendengar para sahabat Rasulullah berkata,

'Perdengarkanlah kata-kata itu kepada Nabi saw… ’ Sedangkan orang-orang Yahudi mengatakan hal itu dan tertawa-tawa setelah mengatakannya. (Lalu turunlah firman Allah di atas.) Ketika mendengar kata-kata itu dari mereka, Sa’ad bin Mu’adz berkata,

“Wahai musuh-musuh Allah, jika saya mendengar lagi kata-kata itu dari salah seorang kalian setelah majelis ini, sungguh saya akan penggal lehemya.”’

Ibnu Jarir meriwayatkan dari adh-Dhahhak, dia berkata,

“Dulu seseorang dari kalangan Yahudi berkata, ‘Ar’ini pendengaranmu.’ Maka turunlah ayat 104 surah al-Baqarah.”

Ibnu Jarir juga meriwayatkari dari Athiyyah, dia berkata,

“Dulu beberapa orang Yahudi selalu berkata kepada Nabi saw., ‘Ra’inaa pendengaranmu,’ hingga beberapa orang muslim ikut mengucapkannya. Sedangkan hal itu tidak disukai oleh Allah. Maka tunlah ayat 104 surah al-Baqarah.”

Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari Qatadah, dia berkata, “Dulu orang-orang berkata, ‘Raa’ina pendengararunu.’ Lalu orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah dan mengatakan hal iht, maka htrunlah ayat 104 surah al-Baqarah.”

Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari Atha’, dia berkata, “Dulu, itu adalah kata-kata dalam bahasa orang-orang Anshar ketika masih jahiliah. Lalu turunlah ayat 104 surah al-Baqarah.”

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abul Aliyyah, dia berkata, “Dulu, ketika berbicara kepada temannya, orang-orang Arab berkata, ‘Raa’ina pendengaranmu.’ Lalu mereka pun dilarang mengatakannya.”(sip)

Postingan Populer

Komentar Yang Masuk :

Para Pendatang Dari :

Flag Counter